Daisypath Anniversary Years Ticker

Wednesday, December 5, 2018

Ujung Kulon Part Two (postingan telat 3 tahun)

Gara-gara trip saya dan suami ke Ujung Kulon bulan Pebruari 2015 yang lalu, plus sedikit 'diracuni' oleh kami, beberapa saudara sepupu suami saya jadi penasaran dan ingin ikutan nyoba petualangan di sana. Perjalanan kali ini sedikit diwarnai kesedihan karena salah satu kakak sepupu suami saya, kak Muhammad Findrawan, berpulang ke rahmatullah hanya sekitar 2 minggu sebelum keberangkatan kami ke pulau Handeuleum dan sekitarnya ini. Beliau yang sedianya ikut akhirnya digantikan oleh anaknya, Rafi. Semoga kak Findra a.k.a. kak Upin mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, aamiin..

Trip dimulai Jumat malam, 2 Oktober 2015 pukul 22.00 dari meeting point di gedung Trakindo Cilandak, Jaksel. Rombongan Bandung dijemput dengan mobil Elf menuju Trakindo, lalu saya dan suami bergabung di sana. Sepanjang jalan kami tiduuuurr. Energy save mode, hehehe..

Kalau trip sebelumnya tujuan awal kami adalah desa Sumur, kali ini tujuan kami adalah desa Taman Jaya, kecamatan Sumur, kabupaten Pandeglang. Kami tiba di lokasi pukul 7.30 pagi. Fiuuh.. perjalanan darat yang panjaaang. Alhamdulillah gak ada yang mabok. Di sini kami sarapan dan beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan menyeberangi laut menuju pulau Peucang.

Penginapan di Taman Jaya. Tempatnya enak.


Menuju dermaga.


Pas liat kapalnya, dalam hati ngomong, "Ooh, kapalnya lebih kecil dari yang dulu." Tapi bukan itu yang bikin kami panik. Yang bikin panik adalah tangga untuk turun dari dermaga ke kapal. OMG horror banget. Liat deh, tinggi beneeerr.. *gleg*

Kapal kayu sewaan 


Kenapa tangganya harus setinggi itu? Karena lautnya sedang surut. Jadi kapalnya jauh di bawah dermaga sana. 

Selamat tinggal tangga horror. Sampai jumpa lagi besok.


Suami dan salah satu sepupu, Satria. Hepi banget ya mukanya.

Tiba di pulau Peucang. Ya Allah itu pantainyaaa..

Alhamdulillah, kembali lagi ke pulau Peucang!


Eh ketemu lagi ama bebeb, hihihi..


Ini candid sebelum pada baris foto yang rapi 


Lalu kami jalan memasuki hutan yang dulu kami lalui untuk menuju pantai Karang Copong. Cuma kali ini kami tidak sampai ke sana, karena tujuan berikutnya adalah ke Tanjung Layar. Jadi begitu ketemu pohon besar berakar panjang-panjang, kami pun berhenti untuk foto-foto. Teteeeup.. Kemudian kami berbalik arah untuk kembali keluar hutan.

Hai, kayaknya kita kenal?
























Kami main-main sebentar di pantai pulau Peucang, foto-foto lagi, lalu balik ke kapal. Menuju Tanjung Layar. 

Selamat datang di Tanjung Layar.


Kali ini perjalanannya ternyata masuk hutan lagi. Tapi hutannya lebih rapat, jalannya lebih sempit dan setapak. Cuapeknya juga lebih terasa daripada hutan di pulau Peucang, Mungkin karena jalan setapaknya sempit ya. Tapi begitu tiba di tujuan, masyaa Allah.. Jejeran gunung-gunung batu hitam besar menjulang di depan mata, tanah lapang luas menghampar di bawahnya. Dan di belakang gunung batu itu, laut membiru dan ombak yang menggulung tinggi, pecah di antara bebatuan di bawah sana. Indah sekali. Suka banget deh liatnya. 

Gunung batu hitam tinggi-tinggi. Bentuknya seperti layar.

Add caption

Itu mertua saya lagi manjat gunung batu.


Aduh Abah, jangan tinggi-tinggii.. ngeri liatnya.


Tanah lapang di hadapan gunung batu.


Di belakang sana laut lepas, mantap..


Setelah puas foto-foto dan bikin video yang keren-keren, kami pun kembali menelusuri hutan setapak tadi. Kaki udah mulai terseok-seok nih, hihihi.. Naik kapal lagi, kali ini tujuan kami adalah pulau Cidaun. Melihat lokasi Penangkaran Banteng. Sayang bantengnya pada ngumpet. Saya sampai harus mengendap-endap mendatangi mereka, hahahaha.. 

Yaelah Neng, nungging ampe segitunya.


Selanjutnya kami kembali ke kapal dan badan rasanya mau rontok, qiqiqiqiq.. Tapi lalu kapal menuju salah satu titik snorkling dan beberapa dari kami turun ke laut.
Nyebuuurr..

Saya tadinya mau turun tapi gak jadi ah, kayaknya badan capek ini enaknya diajak selonjoran aja di kapal. Anginnya agak kencang, jadi gak terlalu mood untuk nyebur.

Selesai snorkling, kami melanjutkan perjalanan ke pulau Handeuleum untuk bermalam. Waktu menunjukkan hampir pukul 16.00. Karena perjalanannya 2 jam menuju Handeuleum, kami pun terkantuk-kantuk. Yang serem adalah, ternyata ada badai dalam perjalanan, ombaknya lumayan besar dan kami yang tadinya becanda-becanda dan foto-foto melulu, jadi diam semua. Kayaknya pada baca-baca deh dalam hati. Ngeriii.. Alhamdulillah sekitar jam 18.00 kami tiba di Handeuleum dengan selamat. Makasih ya Allah.. 

Malam-malam, rusa mulai berdatangan ke teras villa tempat kami menginap. Heeeiii.. ada si rusa yang bulan Pebruari kemarin saya tandai dengan panggilan si Ipet karena kupingnya terlipat sebelah. Rusa termanja dan paling berani mendekati pengunjung. 

Ini si Ipet. Maaf ya, fotonya kurang jelas gini.

Yang lain mah pada takut kalo dideketin. Ada satu ekor rusa jantan yang keren banget. Tanduknya besar, dan pembawaannya gagah. Dia dinamai Rudolph oleh Satria, hahahaha.. Setelah makan malam, kami pun tidur. 


Ini si Rudolph. Lihat tanduknya, wow!

Selalu takjub melihat mereka.




Pagi di Handeuleum.


Pagi di Handeuleum





































Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...