Daisypath Anniversary Years Ticker

Wednesday, August 3, 2016

Tentang Dietra

Saya udah kayak orang gak inget punya blog nih hehe.. Blog tercinta dianggurin ampe kayak apa gak tau deh (kayak blog gak tercinta hihihi..)

Kenapa tau-tau saya nulis lagi? Jadi gini, nih gara-gara salah satu sobat saya Dietra Anandani bikin blog, terus dia bikin story tentang saya sampe 3 episode (dibikin mini seri bisalah yaa, kalo ada produser yang tertarik), seolah saya nih sejenis tokoh iconic yang kudu dikenal sama pembaca blognya dia, yang sepertinya adalah teman-temannya sendiri, dan menurut saya (kayaknya) mereka lumayan gaol.. Kesian kan sayaaa.. ntar kalo suatu saat tampaklah wujud asli saya di depan teman-temannya yang ikut baca di situ, terus mereka ngeliatin saya dari ujung kerudung sampe ujung sepatu.. bisa jadi dalam hati mereka komentar, "ooh, ini yang namanya Tita.. Oke deh kalo gitu." Lalu melengos males. Ya ampuun kesian sayaaa.. #nangis

O iya, di blognya, Dietra lebih banyak membahas masa kecil kami. Memang yang paling aman adalah menceritakan masa kecil. Saat masih sama-sama nggak ngerti banyak hal, tapi suka sok membahas banyak hal. --Btw Diet, gw bingung dulu waktu kecil kita ngobrolin apa aja sih?--

Tapi dengan membaca blognya, saya jadi tau seperti apa dunia masa kecil di mata Dietra Anandani ini. Seperti misalnya, mengapa dulu alm mama saya suka nyisirin rambut Dietra kalo pas dia main ke rumah saya, atau mengapa dulu Dietra seneng kalo diajak makan di rumah saya, mengapa dia cenderung nggak banyak omong di sekolah tapi yang naksir banyaaaakk (ya karena dia cakeplah Taaa.. orang cakep mah diem juga udah keliatan keles cakepnya), dan banyak kenapa-kenapa yang lainnya.

Cuuuuss yang mau liat boleh intip-intip blognya, purplehearteo.blogspot.co.id, saya famous loh di sana hihihi.. #dadahdadahalaselebriti

Saya banyak ngalamin kejadian lucu sama Dietra Anandani ini. Tapi berhubung kedewasaan membuat segala hal yang tadinya 'bodo amatlah ceritain aja, soalnya ini kocak banget' sekarang menjadi 'ini pantes nggak ya diceritain..' makaaa.. kayaknya saya kudu berhati-hati supaya gak kelepasan nulis anything sing ngisin-ngisini bu Dietra ini, hehehe..

Satu hal tentang masa kecil saya dan Dietra yang paling nempel di memori saya adalah saat-saat berangkat ke sekolah (waktu itu TK). Karena rumah kami di Sorong berada di daerah yang namanya Puncak Bahari (bukan sekedar nama, tapi emang ini puncak beneran) yang mana untuk berangkat sekolah kami harus jalan kaki turun dari puncak menuju ke jalan raya di bawah sana, setelah itu baru menyetop taksi menuju sekolah. Gaya yaaa, ke sekolah naik taksi.
Sebenarnya taksi yang kami maksud adalah angkot, tapi di kota tempat tinggal kami angkot disebut taksi. Dan memang di sana tak ada 'taksi' seperti taksi-taiksi pada umumnya yang mudah ditemui di kota besar.

Nah, saat berangkat sekolah, ada satu lagu yang hampir selalu kami nyanyikan. Ah, gak akan ketebak lah sama anak jaman sekarang, lagu apa yang kami nyanyikan dulu itu. Lagu anak-anak? Bukaaan, bukan lagunya Chicha Koeswoyo atau Adi Bing Slamet. Tapi justru yang kami nyanyikan adalah lagu KAKAKNYA Adi Bing Slamet, yaitu Uci Bing Slamet, hahahahahaha..
#ngakakmalemmalemampesuamigwhampirkebangun

Judulnya Bukit Berbunga.

#ketawalagisambilkaget 
#soalnyabarusanadabunyigeluduk

Jadi bayangkanlah 2 anak TK jalan kaki turun gunung sambil nyanyi Bukit Berbunga, yang menceritakan dua pasang muda mudi memadu cinta di sebuah bukit, halah.. Sementara mama saya berjalan mengikuti kami dari belakang, karena yah namanya juga anak TK, wajar kalo sekolah masih dianterin, ya kan.

Selain Bukit Berbunga, ada satu lagu lagi yang berkesan selama masa TK, Yaitu lagu yang diajarkan oleh guru TK Dietra semasa dia masih sekolah di Jogja. Yup, Dietra ini pindahan dari Jogja. Lagunya adalah lagu hymne atau apa ya sebutannya, pokoknya lagu tentang TK Persit di Jogja. Dietra mengajarkannya pada saya, dan saya suka sekali lagu tersebut. Sampai-sampai lagu itu masih nempeeel banget di otak saya sampe sekarang! Wkwkwkwkwk..

Tak ada yang memberitahu atau mengingatkan, tapi kami sadar, tak pantas menyanyikan Bukit Berbunga di sekolah, jadi kami menyanyikan lagu TK Persit. Mungkin Bu Min, guru kelas kami, hanya bisa geleng-geleng sambil mengelus dada tiap kali mendengar saya dan Dietra menyanyikan lagu TK Persit di TK Kuntum Harapan, sekolah kami hehehe.. Ya gimana, kan kami masih kecil, mana ngerti lagu TK lain gak boleh dinyanyiin di TK kami.

"Kami putra putri taman kanak-kanak, Persit Kartika Candra Kiranaaaaa..
Bermain dan belajar bersama, dengan hati yang riang gembiraaaa.."

Reff-nya nggak usah ya, kepanjangan. Atau disambung aja sama lagu Bukit Berbunga, gimana, setujuuu? #sokseleb

"Di bukit indah berbunga, kau membawa aku ke sana..
Memandang alam sekitarnya, karena senja tlah tibaaaa.."

Yang kemudian dengan kejamnya kami ganti liriknya dengan kata-kata seenak udel yang kami dengar dari teman-teman seumuran kami juga.

"Di bukit banyak penyakit, kau membawa ke rumah sakit..
Memandang suster-suster cantik, karena takut disuntiiiiik.."

OMG hahahahahahahha.. #kesianUciBingSlamet

Itu tadi memori TK. Memori SD lain lagi. Saya menyesal ketika saya konfirmasi ke Dietra, dia sudah lupa kejadian ini. Jadi saat itu kami kelas 5 atau 6, guru kami bu Sina** mengajarkan pelajaran bahasa indonesia. Kami disuruh membaca tulisan tentang permainan sepak bola yang dimainkan oleh orang-orang tuna netra.

Pause.

I know.

What on earth were they thinking??? Orang buta disuruh main bola? Tapi saya masih ingat memang tulisannya seperti itu. Jadi please stop asking..

Oke? Semua baik-baik saja? Saya lanjutkan ya? 

Yak, lanjooot..

Kami disuruh membaca dengan suara keras. Sampai tiba di bagian kalimat, "..tidak jarang para pemain saling bertubrukan." ‪#‎yaiyalah ‬‪#‎menurutngana‬?

Di sinilah kejadian aneh itu muncul. Bu Sina** berkata, "coba kalian bayangkan, pemain bola yg tuna netra saja bisa bermain tanpa bertubrukan satu sama lain.."

Yup. 

Silakan baca ulang kalimat di atas. Diulang sampai 50 kali atau lebih juga boleh. Saya gak salah nulis.

Saya dan Dietra saat itu saling pandang-pandangan. Lalu kami kasak kusuk sambil bisik-bisik. Dan bisik-bisik kami terlihat oleh bu Sina**. "Ada apa kalian?" Kami menjawab dengan penuh keyakinan tapi bercampur secuil rasa grogi.. ingat, kami anak SD tahun 80an yang sangat hormat dan kadang takut pada guru. Bukan anak jaman sekarang yang serba berani mengungkapkan pendapat. "Bu, itu maksudnya mereka bertubrukan."

"Maksudnya?"

"Maksudnya 'tidak jarang' itu ya 'sering', karena 'jarang' kan lawan katanya 'sering'."

"Apa yang kalian omongkan? Siapa yang sedang membahas tentang lawan kata di sini? Kita membahas tentang pemain bola tuna netra!" 

"Nggak Bu, coba Ibu baca lagi, itu kan maksudnya.."

"Siapa yang guru di sini? Kamu atau saya??"

Saya dan Dietra bengong. This teacher is unbelievable stupid.‪#‎pardonmylanguage‬

Laluuuu.. kami dicemooh teman sekelas. 
"Iyo ee.. ko guru ka?" 
"Ko lebih pintar dari Ibu ka?" 
Bla bla bla..

Saya bisa bayangin betapa bu Sina** merasa menang saat itu. Saya dan Dietra pun akhirnya memilih diam dan membiarkan rasa tak berdaya merajai hati kami. Sampai terbersit di otak saya, "Kalo udah besar, saya akan buktikan kalo Bu Guru itu salah!" Yah lagi-lagi maklumin otak anak SD tahun 80an. Untuk mencari kebenaran harus menunggu "kalo sudah besar" padahal sebenarnya tinggal bilang ke papa dan mama di rumah seperti anak-anak jaman sekarang, dan minta dibela di depan teman2 (dengan resiko dimusuhin teman satu sekolah karena cemen, bawa-bawa ortu hahahaha..)

Sayangnya, ketika kami "sudah besar" Dietra sudah lupa kejadian itu. #sebelgwamaloDit 
Jadi mari ucapkan goodbye, case closed. Tak kan ada yg percaya di dunia ini ada guru yg tak mengerti arti kata-kata "tidak jarang". Tak ada bukti, tak ada saksi. 

Yup. Like I said. Case closed.

SMP, Dietra hanya sempat sekelas dengan saya selama 1 semester. Dia masih tak banyak omong. Dan saya? Banyak omong huahahahahaha.. saya senang main ke rumahnya karena orang tuanya dua-duanya bekerja. Jadi rumahnya cenderung sepi, hingga saya tak perlu menjawab pertanyaan standar para ibu, "Udah makan belum?" "Mama lagi ngapain di rumah?" Atau kalau kami berlama-lama di kamar mandi untuk menangkap nyamuk, tak kan ada yg protes. Suwer itu nyamuk-nyamuk di Sorong paling gampang ditepok saat mereka sedang berkumpul di kamar mandi, hahahaha.. gak penting banget ya. 

Dietra punya banyak komik Donal Bebek dan komik Nina. Saya yang hobi baca betah berlama-lama di kamarnya. Dietra dan kakaknya berlangganan majalah Hai, dan saya jadi tau isi majalah selain majalah Bobo dan Ananda, dan Kartini dan Femina (apa sih). Yang saya takutkan hanya saat harus berpapasan dengan guguk-guguk peliharaan Dietra.

Ketika akhirnya dia pindah ke Jakarta melanjutkan SMP-nya, saya menitikkan air mata sedih. Saya merasa kehilangan. Namun syukur alhamdulillah kami masih terus keep contact walau telah berjauhan. Surat menyurat jaman itu jadi media penyambung kabar. Walaupun Dietra kalo bales surat ampun dah, lamanyaaa.. Tapi saya maklum, dia udh jadi anak ibukota. Apalagi ketika kemudian dia muncul di tv, tampil sebagai cheerleader di acara olahraga minggu siang. Saya lompat2 kegirangan, ortu saya pun ikut senang melihatnya. Kelak dia makin sering muncul di berbagai acara tv, seperti kuis, sinetron, dan reality show. Saya pernah ikut nganterin dia ke RCTI untuk syuting salah satu kuis. 

O iya, ada satu keunikan yang kami miliki. Kami sama-sama punya adik ketika usia kami 7 tahun. Jadi, usia saya dan Dietra sama, usia adiknya dan adik saya pun sama. Dietra lebih tua 3 bulan dari saya, dan adik Dietra lebih tua 3 bulan dari adik saya. Dietra mendapat adik ketika usianya 7 tahun 3 bulan, begitupun saya, adik saya lahir ketika usia saya 7 tahun 3 bulan. Dan Dietra selalu ingat ultah saya, karena adiknya lahir tepat sehari sebelum hari lahir saya. What a beautiful scenario from God! There's no such thing as coinsidence, right? Only God scenario. Whatever the reason behind that. ‪#‎amazing‬

Kira-kira itu memori masa kecil saya dengan Dietra Anandani. Kami masih berteman hingga sekarang, thru thick and thin. 

Friends come and go, like the waves of the ocean. But the true ones stay, like an octopus on your face. LOL

Eits, mumpung ingat, satu lagi kenangan yg untuk saya aneh tapi benar-benar nyata adanya. Saat itu di suatu siang saya main ke rumahnya. Seperti biasa, rumahnya sepi dan saya temui dia sedang mencuci sepatu sekolah di dekat baik air belakang rumahnya. Sepatunya mirip sepatu saya, karena kami selalu bersepatu keds ke sekolah. Tau kalimat apa yg dia ucapkan? 

"Kamu nggak pernah cuci sepatu kan?" Saya menggeleng. Karena sepatu saya selalu dicucikan mama. "Cobalah sekali-sekali. Saya bukan mengiming-imingi. Tapi cuci sepatu itu enak sekali."

Bhuahahahahahaha.. anak yang aneh.

Ok, sekian cerita saya tentang Dietra. Si tomboi pemalu yang kini menjelma jadi wanita cantik penuh percaya diri. Dia juga seorang istri dan ibu yang penyayang (anaknya 2), wanita karir yang luar biasa, entrepreneur, dan beberapa tahun lalu berhasil menyelesaikan pendidikan S2 di sela-sela kesibukannya. So proud of her. My bestie, my kakak, my octopus.





Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...