Daisypath Anniversary Years Ticker

Saturday, May 9, 2020

Goodbye Papa

20 Nopember 2019.
Terima telepon dari adik, dapat kabar duka, Papa telah berpulang ke rahmatullah.. Rasanya kaki kayak gak napak tanah. Lalu malam itu melakukan apapun, semua dilakukan sambil nangis. Nunggu pagi terasa lama. Gak bisa tidur, masih kayak orang linglung. .
.
Saya masih berharap bisa mengurus Papa di akhir hidupnya. Bersiap LDR dengan suami untuk jangka waktu entah berapa lama, namun izin dan ridho suami alhamdulillah sudah saya kantongi. Tiket sudah di tangan, dengan ditemani suami saya siap menuju Jakarta. "Tiga hari lagi kita ketemu ya Pa," batin saya. .
.
Tiba2 datang kabar itu, gimana saya gak linglung? Linglung dan limbung hingga suami harus menangkap badan saya yang mendadak lemas seperti tak bertulang, hp di tangan saya pun lepas begitu saja. .

Tak bisa mengurus Papa, tak bisa berkesempatan ngobrol untuk terakhir kalinya, tak bisa men-talqin. Sedih luar biasa. Namun di saat itulah saya bersyukur Allah beri saya pendamping yg menguatkan. Kalau tidak, mungkin saya masih nangis terus sampai hari ini. "Insyaa Allah Papa husnul khatimah, tau kenapa? Beliau punya anak yg sholehah, Papa tuh udah berinvestasi akhirat dengan mendidik kamu sampai bisa seperti ini." Saya makin nangis mendengar kalimat itu, walaupun saya merasa masih jauh dari kata sholehah, namun langsung terbayang moment2 beliau mengajari Al Fatihah, melafadzkan huruf demi huruf hijaiyyah dengan benar. Sampai hardikannya yang menggetarkan nyali saat saya masih di depan tv ketika adzan berkumandang. Ya Allah, beliau keras, namun beliau orang baik, bukan hanya 1-2 orang yang beliau bantu dalam hidupnya. Rumah kami dulu seperti mess, persinggahan perantau2 yg baru datang dari kampung halaman, karena siapapun boleh tinggal di rumah kami sampai bisa hidup mandiri. Ya Allah, terimalah segala kebaikannya itu sebagai amal jariyah. .
.




Saya tak berani memprotes keputusanMu ya Allah. Semua rencana saya tak berjalan mulus, tapi pasti karena itu yang terbaik menurutMu. Kuatkan hati ini agar selalu belajar ikhlas hari demi hari. .
.
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا .
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil."

Wednesday, December 5, 2018

Ujung Kulon Part Two (postingan telat 3 tahun)

Gara-gara trip saya dan suami ke Ujung Kulon bulan Pebruari 2015 yang lalu, plus sedikit 'diracuni' oleh kami, beberapa saudara sepupu suami saya jadi penasaran dan ingin ikutan nyoba petualangan di sana. Perjalanan kali ini sedikit diwarnai kesedihan karena salah satu kakak sepupu suami saya, kak Muhammad Findrawan, berpulang ke rahmatullah hanya sekitar 2 minggu sebelum keberangkatan kami ke pulau Handeuleum dan sekitarnya ini. Beliau yang sedianya ikut akhirnya digantikan oleh anaknya, Rafi. Semoga kak Findra a.k.a. kak Upin mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, aamiin..

Trip dimulai Jumat malam, 2 Oktober 2015 pukul 22.00 dari meeting point di gedung Trakindo Cilandak, Jaksel. Rombongan Bandung dijemput dengan mobil Elf menuju Trakindo, lalu saya dan suami bergabung di sana. Sepanjang jalan kami tiduuuurr. Energy save mode, hehehe..

Kalau trip sebelumnya tujuan awal kami adalah desa Sumur, kali ini tujuan kami adalah desa Taman Jaya, kecamatan Sumur, kabupaten Pandeglang. Kami tiba di lokasi pukul 7.30 pagi. Fiuuh.. perjalanan darat yang panjaaang. Alhamdulillah gak ada yang mabok. Di sini kami sarapan dan beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan menyeberangi laut menuju pulau Peucang.

Penginapan di Taman Jaya. Tempatnya enak.


Menuju dermaga.


Pas liat kapalnya, dalam hati ngomong, "Ooh, kapalnya lebih kecil dari yang dulu." Tapi bukan itu yang bikin kami panik. Yang bikin panik adalah tangga untuk turun dari dermaga ke kapal. OMG horror banget. Liat deh, tinggi beneeerr.. *gleg*

Kapal kayu sewaan 


Kenapa tangganya harus setinggi itu? Karena lautnya sedang surut. Jadi kapalnya jauh di bawah dermaga sana. 

Selamat tinggal tangga horror. Sampai jumpa lagi besok.


Suami dan salah satu sepupu, Satria. Hepi banget ya mukanya.

Tiba di pulau Peucang. Ya Allah itu pantainyaaa..

Alhamdulillah, kembali lagi ke pulau Peucang!


Eh ketemu lagi ama bebeb, hihihi..


Ini candid sebelum pada baris foto yang rapi 


Lalu kami jalan memasuki hutan yang dulu kami lalui untuk menuju pantai Karang Copong. Cuma kali ini kami tidak sampai ke sana, karena tujuan berikutnya adalah ke Tanjung Layar. Jadi begitu ketemu pohon besar berakar panjang-panjang, kami pun berhenti untuk foto-foto. Teteeeup.. Kemudian kami berbalik arah untuk kembali keluar hutan.

Hai, kayaknya kita kenal?
























Kami main-main sebentar di pantai pulau Peucang, foto-foto lagi, lalu balik ke kapal. Menuju Tanjung Layar. 

Selamat datang di Tanjung Layar.


Kali ini perjalanannya ternyata masuk hutan lagi. Tapi hutannya lebih rapat, jalannya lebih sempit dan setapak. Cuapeknya juga lebih terasa daripada hutan di pulau Peucang, Mungkin karena jalan setapaknya sempit ya. Tapi begitu tiba di tujuan, masyaa Allah.. Jejeran gunung-gunung batu hitam besar menjulang di depan mata, tanah lapang luas menghampar di bawahnya. Dan di belakang gunung batu itu, laut membiru dan ombak yang menggulung tinggi, pecah di antara bebatuan di bawah sana. Indah sekali. Suka banget deh liatnya. 

Gunung batu hitam tinggi-tinggi. Bentuknya seperti layar.

Add caption

Itu mertua saya lagi manjat gunung batu.


Aduh Abah, jangan tinggi-tinggii.. ngeri liatnya.


Tanah lapang di hadapan gunung batu.


Di belakang sana laut lepas, mantap..


Setelah puas foto-foto dan bikin video yang keren-keren, kami pun kembali menelusuri hutan setapak tadi. Kaki udah mulai terseok-seok nih, hihihi.. Naik kapal lagi, kali ini tujuan kami adalah pulau Cidaun. Melihat lokasi Penangkaran Banteng. Sayang bantengnya pada ngumpet. Saya sampai harus mengendap-endap mendatangi mereka, hahahaha.. 

Yaelah Neng, nungging ampe segitunya.


Selanjutnya kami kembali ke kapal dan badan rasanya mau rontok, qiqiqiqiq.. Tapi lalu kapal menuju salah satu titik snorkling dan beberapa dari kami turun ke laut.
Nyebuuurr..

Saya tadinya mau turun tapi gak jadi ah, kayaknya badan capek ini enaknya diajak selonjoran aja di kapal. Anginnya agak kencang, jadi gak terlalu mood untuk nyebur.

Selesai snorkling, kami melanjutkan perjalanan ke pulau Handeuleum untuk bermalam. Waktu menunjukkan hampir pukul 16.00. Karena perjalanannya 2 jam menuju Handeuleum, kami pun terkantuk-kantuk. Yang serem adalah, ternyata ada badai dalam perjalanan, ombaknya lumayan besar dan kami yang tadinya becanda-becanda dan foto-foto melulu, jadi diam semua. Kayaknya pada baca-baca deh dalam hati. Ngeriii.. Alhamdulillah sekitar jam 18.00 kami tiba di Handeuleum dengan selamat. Makasih ya Allah.. 

Malam-malam, rusa mulai berdatangan ke teras villa tempat kami menginap. Heeeiii.. ada si rusa yang bulan Pebruari kemarin saya tandai dengan panggilan si Ipet karena kupingnya terlipat sebelah. Rusa termanja dan paling berani mendekati pengunjung. 

Ini si Ipet. Maaf ya, fotonya kurang jelas gini.

Yang lain mah pada takut kalo dideketin. Ada satu ekor rusa jantan yang keren banget. Tanduknya besar, dan pembawaannya gagah. Dia dinamai Rudolph oleh Satria, hahahaha.. Setelah makan malam, kami pun tidur. 


Ini si Rudolph. Lihat tanduknya, wow!

Selalu takjub melihat mereka.




Pagi di Handeuleum.


Pagi di Handeuleum





































Wednesday, August 3, 2016

Tentang Dietra

Saya udah kayak orang gak inget punya blog nih hehe.. Blog tercinta dianggurin ampe kayak apa gak tau deh (kayak blog gak tercinta hihihi..)

Kenapa tau-tau saya nulis lagi? Jadi gini, nih gara-gara salah satu sobat saya Dietra Anandani bikin blog, terus dia bikin story tentang saya sampe 3 episode (dibikin mini seri bisalah yaa, kalo ada produser yang tertarik), seolah saya nih sejenis tokoh iconic yang kudu dikenal sama pembaca blognya dia, yang sepertinya adalah teman-temannya sendiri, dan menurut saya (kayaknya) mereka lumayan gaol.. Kesian kan sayaaa.. ntar kalo suatu saat tampaklah wujud asli saya di depan teman-temannya yang ikut baca di situ, terus mereka ngeliatin saya dari ujung kerudung sampe ujung sepatu.. bisa jadi dalam hati mereka komentar, "ooh, ini yang namanya Tita.. Oke deh kalo gitu." Lalu melengos males. Ya ampuun kesian sayaaa.. #nangis

O iya, di blognya, Dietra lebih banyak membahas masa kecil kami. Memang yang paling aman adalah menceritakan masa kecil. Saat masih sama-sama nggak ngerti banyak hal, tapi suka sok membahas banyak hal. --Btw Diet, gw bingung dulu waktu kecil kita ngobrolin apa aja sih?--

Tapi dengan membaca blognya, saya jadi tau seperti apa dunia masa kecil di mata Dietra Anandani ini. Seperti misalnya, mengapa dulu alm mama saya suka nyisirin rambut Dietra kalo pas dia main ke rumah saya, atau mengapa dulu Dietra seneng kalo diajak makan di rumah saya, mengapa dia cenderung nggak banyak omong di sekolah tapi yang naksir banyaaaakk (ya karena dia cakeplah Taaa.. orang cakep mah diem juga udah keliatan keles cakepnya), dan banyak kenapa-kenapa yang lainnya.

Cuuuuss yang mau liat boleh intip-intip blognya, purplehearteo.blogspot.co.id, saya famous loh di sana hihihi.. #dadahdadahalaselebriti

Saya banyak ngalamin kejadian lucu sama Dietra Anandani ini. Tapi berhubung kedewasaan membuat segala hal yang tadinya 'bodo amatlah ceritain aja, soalnya ini kocak banget' sekarang menjadi 'ini pantes nggak ya diceritain..' makaaa.. kayaknya saya kudu berhati-hati supaya gak kelepasan nulis anything sing ngisin-ngisini bu Dietra ini, hehehe..

Satu hal tentang masa kecil saya dan Dietra yang paling nempel di memori saya adalah saat-saat berangkat ke sekolah (waktu itu TK). Karena rumah kami di Sorong berada di daerah yang namanya Puncak Bahari (bukan sekedar nama, tapi emang ini puncak beneran) yang mana untuk berangkat sekolah kami harus jalan kaki turun dari puncak menuju ke jalan raya di bawah sana, setelah itu baru menyetop taksi menuju sekolah. Gaya yaaa, ke sekolah naik taksi.
Sebenarnya taksi yang kami maksud adalah angkot, tapi di kota tempat tinggal kami angkot disebut taksi. Dan memang di sana tak ada 'taksi' seperti taksi-taiksi pada umumnya yang mudah ditemui di kota besar.

Nah, saat berangkat sekolah, ada satu lagu yang hampir selalu kami nyanyikan. Ah, gak akan ketebak lah sama anak jaman sekarang, lagu apa yang kami nyanyikan dulu itu. Lagu anak-anak? Bukaaan, bukan lagunya Chicha Koeswoyo atau Adi Bing Slamet. Tapi justru yang kami nyanyikan adalah lagu KAKAKNYA Adi Bing Slamet, yaitu Uci Bing Slamet, hahahahahaha..
#ngakakmalemmalemampesuamigwhampirkebangun

Judulnya Bukit Berbunga.

#ketawalagisambilkaget 
#soalnyabarusanadabunyigeluduk

Jadi bayangkanlah 2 anak TK jalan kaki turun gunung sambil nyanyi Bukit Berbunga, yang menceritakan dua pasang muda mudi memadu cinta di sebuah bukit, halah.. Sementara mama saya berjalan mengikuti kami dari belakang, karena yah namanya juga anak TK, wajar kalo sekolah masih dianterin, ya kan.

Selain Bukit Berbunga, ada satu lagu lagi yang berkesan selama masa TK, Yaitu lagu yang diajarkan oleh guru TK Dietra semasa dia masih sekolah di Jogja. Yup, Dietra ini pindahan dari Jogja. Lagunya adalah lagu hymne atau apa ya sebutannya, pokoknya lagu tentang TK Persit di Jogja. Dietra mengajarkannya pada saya, dan saya suka sekali lagu tersebut. Sampai-sampai lagu itu masih nempeeel banget di otak saya sampe sekarang! Wkwkwkwkwk..

Tak ada yang memberitahu atau mengingatkan, tapi kami sadar, tak pantas menyanyikan Bukit Berbunga di sekolah, jadi kami menyanyikan lagu TK Persit. Mungkin Bu Min, guru kelas kami, hanya bisa geleng-geleng sambil mengelus dada tiap kali mendengar saya dan Dietra menyanyikan lagu TK Persit di TK Kuntum Harapan, sekolah kami hehehe.. Ya gimana, kan kami masih kecil, mana ngerti lagu TK lain gak boleh dinyanyiin di TK kami.

"Kami putra putri taman kanak-kanak, Persit Kartika Candra Kiranaaaaa..
Bermain dan belajar bersama, dengan hati yang riang gembiraaaa.."

Reff-nya nggak usah ya, kepanjangan. Atau disambung aja sama lagu Bukit Berbunga, gimana, setujuuu? #sokseleb

"Di bukit indah berbunga, kau membawa aku ke sana..
Memandang alam sekitarnya, karena senja tlah tibaaaa.."

Yang kemudian dengan kejamnya kami ganti liriknya dengan kata-kata seenak udel yang kami dengar dari teman-teman seumuran kami juga.

"Di bukit banyak penyakit, kau membawa ke rumah sakit..
Memandang suster-suster cantik, karena takut disuntiiiiik.."

OMG hahahahahahahha.. #kesianUciBingSlamet

Itu tadi memori TK. Memori SD lain lagi. Saya menyesal ketika saya konfirmasi ke Dietra, dia sudah lupa kejadian ini. Jadi saat itu kami kelas 5 atau 6, guru kami bu Sina** mengajarkan pelajaran bahasa indonesia. Kami disuruh membaca tulisan tentang permainan sepak bola yang dimainkan oleh orang-orang tuna netra.

Pause.

I know.

What on earth were they thinking??? Orang buta disuruh main bola? Tapi saya masih ingat memang tulisannya seperti itu. Jadi please stop asking..

Oke? Semua baik-baik saja? Saya lanjutkan ya? 

Yak, lanjooot..

Kami disuruh membaca dengan suara keras. Sampai tiba di bagian kalimat, "..tidak jarang para pemain saling bertubrukan." ‪#‎yaiyalah ‬‪#‎menurutngana‬?

Di sinilah kejadian aneh itu muncul. Bu Sina** berkata, "coba kalian bayangkan, pemain bola yg tuna netra saja bisa bermain tanpa bertubrukan satu sama lain.."

Yup. 

Silakan baca ulang kalimat di atas. Diulang sampai 50 kali atau lebih juga boleh. Saya gak salah nulis.

Saya dan Dietra saat itu saling pandang-pandangan. Lalu kami kasak kusuk sambil bisik-bisik. Dan bisik-bisik kami terlihat oleh bu Sina**. "Ada apa kalian?" Kami menjawab dengan penuh keyakinan tapi bercampur secuil rasa grogi.. ingat, kami anak SD tahun 80an yang sangat hormat dan kadang takut pada guru. Bukan anak jaman sekarang yang serba berani mengungkapkan pendapat. "Bu, itu maksudnya mereka bertubrukan."

"Maksudnya?"

"Maksudnya 'tidak jarang' itu ya 'sering', karena 'jarang' kan lawan katanya 'sering'."

"Apa yang kalian omongkan? Siapa yang sedang membahas tentang lawan kata di sini? Kita membahas tentang pemain bola tuna netra!" 

"Nggak Bu, coba Ibu baca lagi, itu kan maksudnya.."

"Siapa yang guru di sini? Kamu atau saya??"

Saya dan Dietra bengong. This teacher is unbelievable stupid.‪#‎pardonmylanguage‬

Laluuuu.. kami dicemooh teman sekelas. 
"Iyo ee.. ko guru ka?" 
"Ko lebih pintar dari Ibu ka?" 
Bla bla bla..

Saya bisa bayangin betapa bu Sina** merasa menang saat itu. Saya dan Dietra pun akhirnya memilih diam dan membiarkan rasa tak berdaya merajai hati kami. Sampai terbersit di otak saya, "Kalo udah besar, saya akan buktikan kalo Bu Guru itu salah!" Yah lagi-lagi maklumin otak anak SD tahun 80an. Untuk mencari kebenaran harus menunggu "kalo sudah besar" padahal sebenarnya tinggal bilang ke papa dan mama di rumah seperti anak-anak jaman sekarang, dan minta dibela di depan teman2 (dengan resiko dimusuhin teman satu sekolah karena cemen, bawa-bawa ortu hahahaha..)

Sayangnya, ketika kami "sudah besar" Dietra sudah lupa kejadian itu. #sebelgwamaloDit 
Jadi mari ucapkan goodbye, case closed. Tak kan ada yg percaya di dunia ini ada guru yg tak mengerti arti kata-kata "tidak jarang". Tak ada bukti, tak ada saksi. 

Yup. Like I said. Case closed.

SMP, Dietra hanya sempat sekelas dengan saya selama 1 semester. Dia masih tak banyak omong. Dan saya? Banyak omong huahahahahaha.. saya senang main ke rumahnya karena orang tuanya dua-duanya bekerja. Jadi rumahnya cenderung sepi, hingga saya tak perlu menjawab pertanyaan standar para ibu, "Udah makan belum?" "Mama lagi ngapain di rumah?" Atau kalau kami berlama-lama di kamar mandi untuk menangkap nyamuk, tak kan ada yg protes. Suwer itu nyamuk-nyamuk di Sorong paling gampang ditepok saat mereka sedang berkumpul di kamar mandi, hahahaha.. gak penting banget ya. 

Dietra punya banyak komik Donal Bebek dan komik Nina. Saya yang hobi baca betah berlama-lama di kamarnya. Dietra dan kakaknya berlangganan majalah Hai, dan saya jadi tau isi majalah selain majalah Bobo dan Ananda, dan Kartini dan Femina (apa sih). Yang saya takutkan hanya saat harus berpapasan dengan guguk-guguk peliharaan Dietra.

Ketika akhirnya dia pindah ke Jakarta melanjutkan SMP-nya, saya menitikkan air mata sedih. Saya merasa kehilangan. Namun syukur alhamdulillah kami masih terus keep contact walau telah berjauhan. Surat menyurat jaman itu jadi media penyambung kabar. Walaupun Dietra kalo bales surat ampun dah, lamanyaaa.. Tapi saya maklum, dia udh jadi anak ibukota. Apalagi ketika kemudian dia muncul di tv, tampil sebagai cheerleader di acara olahraga minggu siang. Saya lompat2 kegirangan, ortu saya pun ikut senang melihatnya. Kelak dia makin sering muncul di berbagai acara tv, seperti kuis, sinetron, dan reality show. Saya pernah ikut nganterin dia ke RCTI untuk syuting salah satu kuis. 

O iya, ada satu keunikan yang kami miliki. Kami sama-sama punya adik ketika usia kami 7 tahun. Jadi, usia saya dan Dietra sama, usia adiknya dan adik saya pun sama. Dietra lebih tua 3 bulan dari saya, dan adik Dietra lebih tua 3 bulan dari adik saya. Dietra mendapat adik ketika usianya 7 tahun 3 bulan, begitupun saya, adik saya lahir ketika usia saya 7 tahun 3 bulan. Dan Dietra selalu ingat ultah saya, karena adiknya lahir tepat sehari sebelum hari lahir saya. What a beautiful scenario from God! There's no such thing as coinsidence, right? Only God scenario. Whatever the reason behind that. ‪#‎amazing‬

Kira-kira itu memori masa kecil saya dengan Dietra Anandani. Kami masih berteman hingga sekarang, thru thick and thin. 

Friends come and go, like the waves of the ocean. But the true ones stay, like an octopus on your face. LOL

Eits, mumpung ingat, satu lagi kenangan yg untuk saya aneh tapi benar-benar nyata adanya. Saat itu di suatu siang saya main ke rumahnya. Seperti biasa, rumahnya sepi dan saya temui dia sedang mencuci sepatu sekolah di dekat baik air belakang rumahnya. Sepatunya mirip sepatu saya, karena kami selalu bersepatu keds ke sekolah. Tau kalimat apa yg dia ucapkan? 

"Kamu nggak pernah cuci sepatu kan?" Saya menggeleng. Karena sepatu saya selalu dicucikan mama. "Cobalah sekali-sekali. Saya bukan mengiming-imingi. Tapi cuci sepatu itu enak sekali."

Bhuahahahahahaha.. anak yang aneh.

Ok, sekian cerita saya tentang Dietra. Si tomboi pemalu yang kini menjelma jadi wanita cantik penuh percaya diri. Dia juga seorang istri dan ibu yang penyayang (anaknya 2), wanita karir yang luar biasa, entrepreneur, dan beberapa tahun lalu berhasil menyelesaikan pendidikan S2 di sela-sela kesibukannya. So proud of her. My bestie, my kakak, my octopus.





Saturday, December 26, 2015

One Fine Day with Bengawan Solo Coffee

Ngupi-ngupi cantik bukan hobi saya, saya paling suka ngobrol-ngobrol cantik :P
Tapi pengen review sedikit tentang kopi lokal Indonesia, Bengawan Solo Coffee.

Ngobrol-ngobrol cantik bisa menjerumuskan kita ke restoran maupun kafe manapun termasuk ke Bengsol ini (denger-denger begitu trennya nyebut coffee shop ini). Milih produknya juga karena dikenalkan seorang teman yang suka sekali ngupi di Bengsol, saya pilih Java Avocado saat itu.

Enaknya lagi, ngobrol cantik di Bengsol itu gak celamitan pesenan, jadi konsen deh ngobrolnya. Mengapa? Karena menu makanannya tidak terlalu banyak. Ini bikin saya tambah seneng karena jadi tidak tergiur untuk belanja-belanja hehehe.. Tapi dari sisi Bengsol-nya sendiri ini bisa jadi masukan kecil lah, karena memang tidak banyak yang bisa dipilih untuk menu makanannya khususnya yang berat.

Nah, kadang suka iri dengan promo yang ada, apalah apalah saya. Suka mupeng kalo lagi lihat promo Danamon Cofee for Free yang sedang berlangsung di Bengawan Solo Coffee, karena saya gak punya kartu kredit itu. Jadi ya sekali-sekali berilah kami ini promo khusus yang berlaku untuk semua pengunjung Bengsol, biar tambah cinta dengan coffee shop asli Indonesia.


Menutup review saya, Bengawan Solo Coffee ini bisa direkomendasikan sebagai tempat ngobrol cantik loh saudara saudari. Akan semakin greget lagi jika furniturnya selalu tertata dan terjaga penampilannya, begitu pula pendukung interior lainnya. Karena bagaimanapun di situlah pencitraan pertama sebuah brand akan terlihat. Sukses selalu Bengsol, dan semoga kelak makin dikenal, kalau bisa malah sampai manca negara.  


Saturday, June 6, 2015

KISAH INI FIKTIF



Malam Minggu. 
Iseng. 
Nggak ke mana-mana. 
Utak atik foto. 
Jadi ginian. 
Enjoy.

Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan belaka.
Hihihi..


1
2

3

4

5

6


7
8

9

10

11
12

13
Sekian.

Sometimes you just need to be with someone you love on Saturday night, watching movie together, hug each other tight and enjoy the time. Di luar sana macet bo!


Tuesday, February 24, 2015

THE SADDEST MOMENT IN MY LIFE

I wrote this almost a year ago, but I had no courage to post it in my blog. I think finally I can pull myself together and publish it anyway. However, it still hurts when I realize that she's gone for good..
---------------------------------------------------------

My mom passed away on April 18, 2014 at 21.30 WIB, after a long illness. I was sitting next to her. Hold her hand, whispering the name of Allah on her right ear.

She died wearing dress that I gave on her birthday 3 years ago. In the last month of her life, she slept everyday in my brother's room, and that evening, she chose to die on her favorite couch that my husband gave her. The last wish she couldn't get was seeing my dad because my dad was away at that time, in Sorong, Papua. But thank God, that evening I could get her my dad's voice thru the cell phone. They were talking for a while, my mom was crying, and my dad was trying to cheer her up. He promised will come on earliest flight tomorrow morning. But few hours later after they talked, she was gone. My dad cried like a child when my brother told him the news. And so the rest of my aunts, where my dad stayed home at. Good bye mom, I saw you die peacefuly, you died husnul khotimah, insha Allah.

Tuhan Titiplah Ibuku.
-----------------------------


terlalu singkat rasanya waktu yang
Engkau berikan
meruak masih sejuta kata
yang belum aku sampaikan
tertulis sudah penaMu
tergores takdir berpisah
tertinggal hanya seribu maaf
tak sempat aku haturkan

doaku Tuhan, titiplah ibuku selalu di sisiMu
dan Tuhan kumohon ampunilah segala dosanya
terimalah ibuku dan jagalah dia selamanya

di alam nanti mungkinkah
Kau pertemukan lagi kami
terhimpun masih selaksa cinta
yang ingin aku ungkapkan, oh Tuhan..

Tuhan aku kirimkan sejumput doa
titiplah ibuku.

dan Tuhan kumohon ampunilah segala dosanya
terimalah ibuku dan jagalah dia selamanya

Edited from
Tuhan Titiplah Orang Tuaku, by Budi Bidun.



Goodbye Mom..

BERWISATA KE TAMAN NASIONAL UJUNG KULON


Tanggal 21-22 Pebruari 2015 saya dan suami alhamdulillah berkesempatan jalan-jalan ke Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Senangnya? Jangan ditanya. Eh boleh deh ditanya, jawabannya adalah seneng bangeeeet.. Kenapa? Karena sebelumnya saya udah beberapa kali secara gak langsung merasa dikomporin sama teman saya si Adek Dera Soekandar yang tahun lalu jalan-jalan ke sana dan berhasil bikin saya takjub ngeliat pemandangan alamnya. 

Trip dimulai dengan berangkat dari meeting point di Pasar Festival, Kuningan Jaksel. Tim kami terdiri dari 11 orang. Dikit ya? Gpp, biarpun cuma bersebelas tapi hebohnya lebih dari 111 orang kok, hahahaha.. lebay. Diperkirakan perjalanan akan berlangsung selama 8 jam ke ujung barat pulau Jawa. Tujuannya adalah desa Sumur, Banten.


Berangkat pake mobil Elf, perjalanan dimulai pukul 10 malam, Jumat 20 Pebruari 2015, menuju barat, ke arah Serang kemudian Cibaliung dan Pandeglang. Suasananya menyenangkan banget alias semua ngantuk dan tidur, hehehe.. Sempat kebangun beberapa kali karena supirnya ngebut banget, mungkin karena jalanan gak terlalu ramai. Tapi lalu saya tertidur lagi. Terus sempet kebangun lagi karena jalanan yang dilalui lumayan rusak. Denger-denger dari EO nya, katanya ini udah lumayan, gak terlalu parah seperti tahun lalu. 

21 Pebruari 2015
Alhamdulillah ternyata nyampenya 2 jam lebih cepet dari perkiraan, alias cuma 6 jam, alias kepagian, alias jam 4 dini hari, hehe.. Tapi lumayanlah, jadi bisa tiduran tanpa gelombang darat di sebuah kantor desa, semacam kantor Kelurahan setempat, sebelum masuk waktu sholat Subuh. Ini sedikit penjelasan wilayahnya yang saya contek dari papan pengumuman kantor tersebut.


Istirahat sejenak di kantor kelurahan (atau kecamatan?)

Luas kawasan Taman Nasional Ujung Kulon 120.551 ha, terdiri dari:
Luas Daratan: 76.214 ha.
Luas Perairan Laut: 44.337 ha.
Secara administratif Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten, yang secara geografis terletak antara 10202'32" - 10537'37" BT dan 0630'43" - 0652'17" LS.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke tempat kapal berlabuh sekitar 1 km lagi. Tiba di desa Sumur suasana masih gelap, penduduk pun belum banyak yang bangun. Jadi tidur-tiduran lagi deh. O iya, desa ini banyak banget anjingnya, tapi anjingnya gak ada satupun yang galak atau hobi ngendus-ngendus. Jadi saya yang parno sama anjing pun tenang jalan-jalan melihat-lihat desa dan laut lepas dari tepi pantai. Banyak terlihat Bagan, penangkap ikan di sepanjang laut. Terlihat juga pulau Umang di seberang, tidak terlalu jauh. Kalau ke sana pakai kapal, paling hanya 15-20 menit perjalanan. Pulau Umang juga adalah pulau wisata, namun memang isinya hanya resort dan tempat bersantai keluarga. Nggak ada taman nasional di sana. 


Deretan bagan (alat penangkap ikan) di desa Sumur

Jam 7 kami sarapan pagi, dan sambil menunggu kami pun ngobrol-ngobrol sambil saling memperkenalkan diri. Yup, itu jalan bareng satu mobil semalaman belum sempet kenalan yang bener, cuma salaman-salaman terus tidur, hahahaha.. 


Sarapan dulu sebelum nyebrang.
Nyebrang pake perahu ke kapal

Jam 8 pagi kami nyebrang pakai perahu kecil ke arah kapal kayu yang berlabuh agak jauh dari pantai, karena di pantai gak ada dermaga. Menyenangkaaan, cuaca cerah, angin bersahabat, dan lautnya tenang. Alhamdulillah.

Jam 10.30 tiba di pulau Peucang. Pantainya baguuus banget, pasirnya putiiih, lautnya jernih dan ikannya banyaaak, gak sabar pengen nyemplung. Di pulau Peucang banyak babi hutan berkeliaran, bukan dalam hutan, tapi di area terbuka tempat kami mendaftarkan rombongan di kantor setempat. Lagi-lagi, babinya juga gak galak, malah cenderung cuek. Ya setipe anjing di desa Sumur tadi. Mungkin mereka sudah sepakat bersikap seperti itu, namanya 'kesepakatan anjing dan babi', hahahahaha..


Welcome to pulau Peucang!

Bengong liat babi hutan liar


Jam 11.00 kami mulai menyusuri hutan dengan berjalan kaki. Masya Allah, yang namanya hutan itu ya (dan ini yang ngomong saya, yang hampir gak pernah masuk hutan seumur-umur), menakjubkaaan banget! Begitu masuk, banyak suara-suara yang bikin merinding, entahlah itu suara apa, bisa jadi suara tonggeret atau burung atau monyet, pokoknya yang tadinya saya kira bakal sunyi senyap, ternyata ramai sekali. Padahal sejauh mata memandang hanya pohon-pohon, akar-akar, pohon tumbang, jamur, dan berbagai macam tanaman. Bikin merinding tapi nggak bikin takut. Lalu tau-tau ada yang muncul di balik pepohonan. Rusa! Saya dengan noraknya mendekati karena ingin foto bareng, tapi rusanya lari, hiks.. Ternyata gak berapa lama saya melihat rusa-rusa lainnya bermunculan, memperhatikan kami dari kejauhan. Ya udah karena mereka ga mau didekati, jadinya kami hanya memotret mereka dari kejauhan juga (dizoom biar keliatannya deket, hehehe..)


Berjalan menyusuri hutan
Rusanya takut sama orang

Jam 12.00 hutan yang kami lalui menjadi semakin terang karena ternyata di ujung sana ada pantai. Yes, kami sudah sampai di pantai Karang Copong. Satu lagi keindahan terpajang di depan mata. Laut lepas dengan pantai berbatu-batu. Karena air sedang surut, jadi kami bisa jalan agak ke tengah laut dan menikmati nikmatnya merendam kaki yang lelah di air laut yang sejuk, setelah berjalan sejauh 4 km selama 1 jam. Alhamdulillah, nikmatnya.. Terbayar semua rasa lelah.. :)


Pantai Karang Copong


Bagus kan pemandangannya?

Jam 12.30 kami kembali masuk ke hutan yang tadi kami lalui. Balik ke tempat awal. Berjalan melewati jalan setapak yang sama, namun tetap dengan sensasi kekaguman yang belum habis-habis. Sambil menghirup dalam-dalam udara di hutan, dan mengisi paru-paru kami dengan oksigen bersih yang jauh dari polusi. Makasih ya Allah, atas keindahan ini.

Jam 13.30 kami keluar hutan, sholat, lalu makan di atas kapal sambil menikmati pemandangan laut dan pantai sambil merasakan sejuknya angin sepoi-sepoi.. fiuh, gak nyesel banget deh dateng ke tempat ini. Gak lama kemudian, kami bersiap-siap ke tempat snorkling. 


Main air, snorkling, horee

Snorkling selama satu jam, kecipak kecipuk sambil ada sedikit drama rumah tangga antara pak dan bu Deri. Lumayanlah jadi tontonan teman-teman, semoga hidup kami menceriakan hidup anda, hahahaha.. 

Setelah puas snorkling, kami menuju pulau Handeuleum, tempat kami akan bermalam. Jam menunjukkan pukul 15.30. Tiba di pulau Handeuleum pukul 18.00, lagi-lagi kami dibikin merinding. Karena ternyata ini pulau yang sangat sepiii.. Beda dengan pulau Peucang yang lumayan ramai dengan wisatawan. 


Dermaga pulau Handeuleum

Jalan menuju penginapan kami pun agak-agak horror. Nggak keliatan ada bangunan apapun. Tapi karena menjelang maghrib, dan pasti kalau gelap bakal lebih serem lagi, ya sudah tanpa banyak tanya kami buru-buru melewati jalan setapak di depan kami. 


Jalan setapak menuju penginapan di Handeuleum

Akhirnya tampak juga bangunan tempat kami akan menginap. Kata teman-teman trip, kayak di film "Villa Berdarah" hahahaha..  (ketawa padahal sumpe takut banget)


Di ujung jalan setapak, wak waaw.. villanya muncul!

Ada petugas yang mengurus tempat itu, dan mereka pun punya rumah tersendiri di sekitar situ. Selebihnya, lingkungan ini lagi-lagi dikelilingi hutan yang gelap dan liar. Saat sunset, suasana indah lagi-lagi terpampang di depan mata. Masya Allah, indahnya ciptaanMu..


Sunset di pulau Handeuleum

Ternyata suasana penginapannya cukup menyenangkan. Rumahnya bersih, kamarnya juga bersih, dan syukurnya kami bersebelas, jadi rame hehehe.. Nggak ada rombongan lain lagi, hanya rombongan kami yang menginap di pulau ini.

Malamnya, setelah dinner, ada yang mendekati teras rumah kami. Berjalan dengan anggun perlahan dan penuh rasa ingin tahu. Ya, rusaaaa! Waah, senangnya tak terkira. Rusa-rusa ini jinak sekali. Mereka mau makan langsung dari tangan kami. Bahkan ada teman-teman yang memberi makan dari mulut ke mulut. Seruuuu! Kebetulan banyak roti yang tidak kami makan, jadi kami memberikannya pada mereka. 


Jinak-jinak rusa, bukan merpati hehe..

Jam 10 malam, kami langsung pulas semua. Kelelahan setelah aktifitas seru seharian. 

22 Pebruari 2015
Jam 5 subuh aktifitas kami kembali dimulai. Buru-buru kami ke dermaga karena ingin mengejar sunrise. Alhamdulillah ternyata sunrise muncul dengan sangat lambat di sini. Sebelum sang mentari terlihat, semburat warnanya di langit begitu memukau, speechless ngeliatnya. Wow, indahnya tanah airku..


Menanti sunrise
Akhirnya muncul juga si matahari


Kami sarapan di dermaga, menikmati setiap suapan dengan penuh rasa syukur. Pantai yang bersih, mentari yang masih malu-malu, aroma laut yang menenangkan. Nikmaaat tiada tara.. 


Sarapan di dermaga
I love you suami, jangan mesem-mesem dong!

Setelah sarapan, kami menjelajah lagi pulau ini, walau hanya di seputaran penginapan. Ada satu lagi sisi lain pulau ini yang agak bikin merinding. Di salah satu tepian pantai, terlihat sebuah boneka lusuh yang digantung di ranting pohon. "Ada Conjuring!" kata suami saya, hihihi.. Di dekat pohon tersebut ada rongsokan perahu tua yang dibiarkan begitu saja. Namun tetap saja ada keindahan yang terlihat di situ. 


Siapa yang menggantung dia? kasihan..
Rusted old boat

Sempat memberi makan rusa lagi, bercanda-canda lagi dengan satwa manis itu, hati rasanya adem beneeerrr.. Nggak lama kemudian kami bersiap-siap meninggalkan pulau Handeuleum. Tujuan berikutnya adalah spot untuk canoing, menyusuri sungai yang tertutup rimbunan pepohonan sagu. 


Sebelum berangkat, ngasih makan rusa lagi
Selamat tinggal beautiful Handeuleum..
Kami naik kapal pukul 8 lewat. Menuju spot canoing jam 8.30an, diikuti perahu yang nanti akan kami pakai untuk menyusuri sungai. Tiba di lokasi pukul 8.50, kami turun dari kapal ke perahu. Dengan perahu kami menuju sungai yang tak jauh dari situ. Ada 2 orang bapak yang jadi pemandunya dan mengoperasikan motor di perahu tersebut. 

Judulnya aja canoing, hehe.. tapi yang kami naiki sebenarnya perahu panjang biasa. Bukan kano yang biasa dipakai perorangan. 

Sesampainya di sungai, motor dimatikan, dan kami mulai mendayung. Lagi-lagi amazing scenery hadir di depan mata. Pohon sagu yang menyemak di sepanjang sungai, dan pepohonan liar yang menjulang hingga menutupi langit di atas kami dan kadang menjuntai hingga ke tengah sungai, kesunyian yang menyelimuti, benar-benar bikin betah berlama-lama di sungai ini.


Mendayung perahu menyusuri sungai
Kupu-kupu macan, burung elang, dan berbagai satwa kecil tampak sesekali muncul di sela-sela pepohonan. Alhamdulillah nggak ada buaya di air, atau ular yang tiba-tiba bergelantungan di dahan pohon di atas kepala kami. Kalau ada, mungkin agak-agak panik juga ya, hehe..


Om dan tante pengen mejeng juga
Ketemu peserta canoing yang lain, namun jumlah mereka lebih sedikit. Say hello sambil nyengir-nyengir doang, karena salaman dan cipika cipiki kayaknya gak mungkin.. #yaiyalah


Row your boat Sir, if you see the crocs don't forget to scream!


Setelah puas canoing, kami kembali ke kapal. Waktu menunjukkan pukul 9.45.
Spot berikutnya lagi-lagi snorkling spot, hihihi.. ini rombongan yang bener-bener gila snorkling. Saya? Duduk manis aja di kapal sambil godain suami yang pengen ngudut sambil rebahan di air laut. #biniganjen


Santai di laut


Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 dan kami pun bersiap-siap kembali ke desa Sumur. Yah, sebentar lagi berakhir sudah petualangan ini. Masih sempat makan siang di atas kapal sekali lagi sambil becanda-canda menikmati kebersamaan. Setelah makan, jam 12.30 kapal mulai jalan menuju pulau Jawa, alias desa Sumur. Saya milih tiduuur.. ngantuk bo.

Ternyata perjalanannya gak terlalu lama, jam 13.00 pulau Umang mulai terlihat. Jam 13.30 kapal berlabuh, kami lompat turun ke perahu, dan melanjutkan ke desa Sumur lagi. Istirahat sejenak di desa Sumur, bersih-bersih badan dan sholat, lalu naik Elf menuju ke Jakarta pukul 15.00. Selamat tinggal Ujung Kulon, pengalaman bersamamu tak kan pernah terlupakan.

Sempat berhenti beberapa kali untuk isi bensin, beli snack, dan makan malam, akhirnya pukul 22.00 kami tiba kembali di Jakarta. Alhamdulillah. Saya dan suami ngambil mobil di apartemen teman, dan kembali ke rumah dengan hati senang. Tiba di rumah jam 23.30, bersih2 badan, dan tiduuuuurr.. 

Makasih ya teman-teman seperjalanan yang luar biasa, EO keren Bang Andy dan Cindy, kakak beradik Fanny dan Rina, Arif yang sukses ngasih makan rusa pake bokong (hahaha.. bingung kan lu?), mbak Ponsen dan putri cantiknya Raira, teman-teman sekantor suami, Wati dan Mei, semoga kita bisa kumpul-kumpul lagi yaa di trip berikutnya. 


Happy!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...