Banyaknya kasus bullying saat ini membuat saya harus bersyukur bahwa saya dibesarkan dan bersekolah di daerah yang sama sekali tidak terkontaminasi dengan kebiasaan seperti itu. Walau lahir di Jakarta tapi saya dibesarkan di Sorong, Papua Barat (waktu itu masih Irian Jaya). Sejak mulai masuk TK sampai menyelesaikan pendidikan SMA saya tidak pernah sekalipun merasakan atau bahkan melihat adanya kekerasan yang terjadi di kalangan teman-teman saya. Atau emang saya aja yang nggak nyadar ya?!
Sebelum kasus bullying ini rame, setiap kali melihat film, baik asing maupun lokal yang bertema demikian, saya selalu keheranan dan merasa itu bukan sesuatu yang nyata dan hanya dibuat-buat. Saya sempat bertanya pada adik saya, "Dulu waktu kamu sekolah ada nggak sih anak yang dihina-hina atau digencet teman-teman sampe segitunya?"
Dan dia menjawab dengan sama herannya seperti saya. "Nggak ada ah. Aneh."
Bullying sendiri secara definisi adalah perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang secara sengaja dengan tujuan menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental. Tindakan bullying dilakukan oleh orang yang ingin mendapatkan kekuasaan atas diri orang lain.
Berdasarkan bacaan dan tontonan, bully yang paling umum terjadi adalah saat masuknya seseorang ke suatu lingkungan baru, kalau orang lama suka, dia nggak akan dibully, tapi kalau orang lama gak suka, siap-siap aja dikerjain. Selain itu, adegan bully yang sering dipakai di film-film (dan sinetron!) antara lain adalah: anak cacat yang ditertawai atau diganggu teman-temannya, si kutu buku dibentak-bentak oleh si populer (kalo si kutu loncat dibentak guru sih pernah liat hehe), apalagi junior yang dianggap saingan oleh senior lalu dikeroyok, yaiks.. #lebay!
Semua itu adegan yang nyebelin banget buat saya.
Oke, kalo boleh dibilang salah satu bentuk bully, dulu saya sempet ngerasain opspek dan sebagainya (eh sekarang masih ada ya), tapi setelah penggojlokan itu selesai, ya udah. Gak berlanjut jadi panjang di hari-hari berikutnya kayak sinetron stripping. Kebayang capeknya jadi orang yang dibully, selama opspek aja udah capek, apalagi sampe bertahun-tahun.
Belum lama ini sempet nonton film Hollywood yang judulnya The Final (2010), yang mengisahkan tentang anak-anak yang dibully sedemikian rupa hingga mereka nggak tahan lagi dan memutuskan untuk membalas pembully mereka dengan cara yang sangat ekstrim. Amit-amit, serem banget.
Segitu besarkah dampak bully buat mereka yang mengalaminya? Gimana cara menghentikannya ya kalau memang ternyata makin banyak pelakunya, seperti yang sering diberitakan? Kalo nanti anak saya ternyata ngga jadi anak yang populer dan dia digencet teman-temannya, siapa yang harus disalahkan? #parno banget, punya anak aja belom. #biarin saya kan keibuan.
Kalian sendiri pernah gak sih melihat langsung tindakan bully selama sekolah? Please share with me, terutama teman-teman yang lulus antara tahun 1990-2000. Kalo anak jaman sekarang, gak masuk itungan yaaa..
Gak masuk itungan juga buat mereka yang punya kasus seperti gambar di bawah ini, hehehe..
PS: Tahu gak, kata 'bully' pertama kali digunakan tahun 1530-an dan ternyata berasal dari bahasa Belanda, yang berarti "sweetheart". Kata ini terus berevolusi hingga akhirnya di tahun 1710 memiliki arti seperti yang kita kenal sekarang. Aneh ya?
No comments:
Post a Comment